Pages

Wednesday, December 30, 2015

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin  di Universitas John Hopkin  (dalam Arends, 2008). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok, siswa-siswa ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan setiap siswa  bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompoknya
Pada model  pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan ke­lompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Kelompok ahli merupakan gabungan dari beberapa ahli yang berasal dari kelompok asal. Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk dapat memberikan  informasi yang  diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:


 
(setiap Tim Ahli memiliki satu anggota dari masing-masing tim asal)
Gambar 2.1.  Pembentukan Kooperatif Tipe Jigsaw (Arends, 2008)
Keterangan :          X   :  Siswa kelompok asal
                      O  :  Siswa kelompok ahli           
              Dalam model Jigsaw, kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang di beri nama tim Jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok “ahli” atau “rekan” yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut: (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi dan (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut:
a.       Menerima tugas: Siswa diberikan lembar ahli  dan yang mendapat tugas sama berkumpul dalam satu kelompok. 
b.      Membaca: Siswa menerima topik-topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan untuk mencari informasi.
c.       Diskusi kelompok: Siswa dengan topik yang sama bertemu mendiskusikan informasi tersebut dalam kelompok-kelompok ahli.
d.      Laporan tim: Setelah selesai berdiskusi, para ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan topik-topik mereka kepada teman satu kelompok.
e.       Kuis: Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.
f.       Penghargaan Tim: Guru memberikan penghargaan kelompok.
            Secara terperinci dapat dijelaskan tahap-tahapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
Tahap pertama: Guru menginformasikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa. Pada tahap ini guru membicarakan tentang cara siswa dapat digunakan untuk mendiskusikan bagaimana pengetahuan dapat datang dari banyak sumber, seperti buku, film, dan interaksinya sendiri dengan orang lain. Tujuan utama guru adalah meningkatkan hubungan di antara siswa-siswa dengan latar belakang etnis atau ras yang berbeda dan mendiskusikan bagaimana bekerja bersama orang-orang yang berbeda dengan kita memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih saling mengenal.
Tahap kedua: Menyajikan Informasi. Pada tahap ini penting untuk memberikan informasi kepada siswa secara sekilas tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, pengenalan Autograph dan kaitannya dengan materi. Dalam menyajikan informasi perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut: a) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, b) menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hapalan, c) memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa.
Tahap ketiga: Mengorganisasikan kedalam kelompok-kelompok belajar. Pada tahap ini guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda baik dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta bersal dari ras, suku, budaya, status sosial yang beragam. Kelompok ini disebut kelompok asal. Masing-masing anggota kelompok diberikan satu tugas untuk dikerjakan. Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang benar-benar baru. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Mereka mempelajari bagaimana mengerjakan tugas-tugas mereka yang telah ditentukan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kembali pada kelompok asal. Setiap siswa kemudian menjelaskan penemuan-penemuannya kepada anggota kelompoknya yang lain sehingga setiap anggota kelompok memahami dan menguasai materi tersebut.
Tahap keempat: Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Bila guru menemukan siswanya tidak jelas tentang pengarahan yang diberikan guru atau bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang direncanakan, maka intervensi langsung dan bantuan guru dibutuhkan. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompoknya, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada pembelajaran yang telah didiskusikan.
Tahap keenam: Evaluasi. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individu, mengenai seluruh materi yang telah dibahas. Kuis dilaksanakan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untu memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor tes
Skor perkembangan Individu
a.    Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
b.    10 hingga 1 poin di bawah skor awal
c.    Skor awal sampai 10 poin di atasnya
d.   Lebih dari 10 poin di atas skor awal
e.    Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
5
10
20
30
30
            
              Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata kelompok
Penghargaan
15
kelompok yang baik

20
kelompok yang hebat

25
kelompok yang super


              Tahap keenam: Siswa memeriksa Rekognisi/Penghargaan Tim dari guru/siswa. Gagasan Utama adalah menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. Untuk menghitung skor tim maka sesegera mungkin setelah melakukan tiap kuis, skor kemajuan individual dihitung dan skor tim dan diberikan sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya kepada tim dengan skor tertinggi. Jika memungkinkan, akan diumumkan skor tim pada periode pertama setelah mengerjakan kuis. Ini akan membuat jelas hubungan antara melakukan tugas dengan baik dan menerima rekognisi, pada akhirmya akan meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tipe pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pelaksanaan pembelajaran kelompok menekankan pada kerjasama saling ketergantungan  yang positif dan bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan dan motivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan kelompok, membimbing kelompok belajar kemudian evaluasi dan pemberian penghargaan.

No comments:

Post a Comment