Abdurrahman (1999 : 9) mengemukakan bahwa pada umumnya guru memandang bahwa siswa yang memiliki kesulitan belajar adalah siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah. Kenyataan siswa mengalami kesulitan belajar masih dijumpai dalam proses belajar mengajar. Hal inilah yang harus segera ditangani dan dipecahkan. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti:
fisiologi, faktor sosial, faktor pedagogik. Faktor internal (dari dalam diri siswa) dapat disebabkan oleh
faktor biologis maupun psikologis.
Faktor fisiologis yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa antara lain gangguan penglihatan pada siswa yang
mengalaminya, demikian pula dengan gangguan pendengaran, gangguan neurologis
(sistem syaraf). Sistem koordinasi sistem syaraf yang terganggu merupakan
kendala dalam siswa belajar.
Faktor sosial dapat dilihat dari hubungan
orang tua dengan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang masalah
belajarnya di sekolah. Ini merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan
(misalnya memberikan kasih sayang, pengertian, dan perhatian atau kepedulian
dengan “menyertai” anaknya belajar, dan tersedianya tempat belajar yang
kondusif), atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan penambah kesulitan
belajar siswa.
Di antara penyebab kesulitan belajar siswa
yang sering dijumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran
dan menerapkan metode. Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal
yang dimiliki siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur
kesulitan siswa dalam pemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang
diperlukan. Kemudian melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya
terpenggal. Jika ini berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu
tatap muka, maka akan muncul kesulitan umum yaitu kebingungan karena tidak
terstrukturnya bahan ajar yang mendukung tercapainya suatu kompetensi. Ketika
menerangkan bagian-bagian bahan ajar yang menunjang tercapainya suatu
kompetensi bisa saja sudah jelas, namun jika secara keseluruhan tidak dikemas
dalam suatu struktur pembelajaran yang baik, maka kompetensi dasar dalam penguasaan
materi dan penerapannya tidak selalu dapat diharapkan berhasil. Dengan kata
lain, struktur pelajaran yang tertata secara baik akan memudahkan siswa, paling
tidak mengurangi kesulitan belajar siswa.
Selain itu, terdapat pula kesulitan khusus
dalam belajar matematika seperti:
1. Kesulitan dalam menggunakan konsep
Menurut Abdurrahman (1999 : 254):
”Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa
mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau
mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama
dengan kelompok benda tertentu”.
Dalam hal kesulitan menggunakan konsep, dipandang
bahwa siswa telah memperoleh pengajaran suatu konsep, tetapi belum menguasainya
mungkin karena lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin pula konsep yang dikuasai
kurang cermat. Hal ini disebabkan antara lain:
a. Siswa lupa nama singkatan
suatu obyek
Misalnya siswa lupa memangkatkan suatu bilangan
dengan pangkat dua.
b. Siswa kurang mampu
menyatakan arti istilah dalam konsep.
Misalkan siswa yang mampu
menyatakan istilah kuadrat dan kali dua dan mereka menganggap sama.
2. Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip
Prinsip
matematika adalah seperangkat konsep beserta hubungan antar konsep tersebut.
Prinsip ini adalah obyek yang paling abstrak, dapat berupa dalil, sifat, teori.
Untuk mempelajari suatu prinsip dalam matematika, siswa perlu memahami setiap
konsep dalam prinsip itu dari hubungan antar konsep. Jika kesulitan siswa dalam menggunakan prinsip
kita analisa, tampaklah bahwa pada umumnya sebab kesulitan tersebut antara
lain:
a. Siswa tidak mempunyai konsep yang dapat
digunakan untuk mengembangkan prinsip sebagai butir pengetahuan yang perlu.
b. Miskin dari konsep dasar secara potensial
merupakan sebab kesulitan belajar prinsip yang diajarkan dengan metode
kontekstual (contoh nyata).
c. Siswa kurang jelas dengan prinsip yang telah
diajarkan.
3. Kesulitan memecahkan
soal berbentuk verbal.
Memecahkan
soal berbentuk verbal berarti menerapkan pengetahuan yang dimiliki secara
teoritis untuk memecahkan persoalan nyata atau keadaan sehari-hari.
Keberhasilan dalam memecahkan persoalan berbentuk verbal tergantung kemampuan
pemahaman verbal, yaitu kemampuan memahami soal berbentuk cerita dan kemampuan
mengubah soal verbal menjadi model matematika, biasanya dalam bentuk persamaan
serta kesesuaian pengamatan siswa dengan situasi yang diceritakan dalam soal.
Beberapa sebab siswa sulit memecahkan soal berbentuk verbal.
a.
Tidak mengerti apa yang dibaca, akibat kurang pengetahuan siswa tentang konsep
atau beberapa istilah yang tidak diketahui. Untuk mengecek kebenaran dugaan
ini, setelah membaca soal, guru dapat meminta siswa untuk menyatakan
pendapatnya dengan menggunakan bahasanya sendiri. Guru dapat mengecek apakah ada
istilah-istilah yang mungkin belum diketahui atau dilupakan. Selain itu juga
perlu dipahami, apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan serta rumus-rumus
apa yang diperlukan.
b. Siswa
tidak mengubah soal berbentuk verbal menjadi model matematika dan hubungannya.
Kesulitan
belajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala yaitu:
·
Menunjukkan prestasi yang rendah
·
Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha
yang dilakukan
·
Keterlambatan
dalam melaksanakan tugas yang diberikan
Objek
yang dapat kita periksa untuk mengetahui penyebab kesukaran siswa belajar
contohnya seperti: (a) materi yang diajarkan dianggap terlalu sulit, (b)
pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan pengajaran
dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga, dan (c) dari siswa
sendiri disebabkan karena kelemahan jasmani, kurang cerdas, tidak ada minat,
tidak ada bakat, emosi tidak stabil, suasana yang tidak mendukung.
No comments:
Post a Comment