Pages

Wednesday, December 30, 2015

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif menurut Eggen and Kauchak dalam Trianto, (2009) merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaannya dikelas pembelajaran kooperatif ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah, menentukan strategi pemecahannya untuk kemudian menyelesaikan masalah tersebut secara bersama-sama.
Pembelajaran kooperatif sudah dianggap sebagai suatu metode instruksional karena efeknya positif terhadap prestasi belajar dan atribut yang lain diantaranya seperti diungkapkan Johnson & Johnson (Lie, 2008) meliputi ketergantungan positif, tanggung jawab individual, dan keahlian bekerjasama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman, membuat keputusan dalam kelompok, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan siswa yang berbeda latar belakangnya.
Lie (2008) mengartikan pembelajaran kooperatif, yang disebutnya pembelajaran gotong royong, sebagai suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan menurut Slavin (dalam Trianto, 2009) model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat tapi berkemampuan heterogen. Sederajat yang dimaksud disini adalah siswa-siswa berasal tingkatan sekolah dan kelas yang sama, sedangkan heterogen tidak hanya kemampuan tapi juga jenis kelamin dan ras.
Jadi, pada dasarnya pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok untuk melakukan diskusi, dan bekerjasama. Kondisi ini menciptakan suasana yang mendorong siswa terlibat aktif dalam belajar. Dalam model kooperatif, siswa berinteraksi satu dengan yang lain baik dalam kelompok maupun antar kelompok untuk menemukan solusi, atau menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang dipelajari. Pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kemampuan untuk bekerjasama satu dengan yang lain dan saling menghargai.      
            Johnson & Johnson dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah, Louisell & Descamps dalam (Trianto, 2009)
Sedangkan menurut Arends (2008) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu:
a.   Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
b.   Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain metode pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c.   Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari metode pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
            Jadi, pada dasarnya pembelajaran kooperatif bertujuan supaya siswa dapat berprestasi dalam bidang akademik, dalam hal meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, kemudian siswa dapat menerima keanekaragaman perbedaan dalam hal bisa bekerja sama dalam belajar, serta siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial dengan cara bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya.
Arends (dalam Trianto, 2009) mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.    Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran,
2.    Kelompok dibentuk diatur dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
3.    Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam,
4.    Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Lundgren dalam Trianto (2009) mengemukakan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.    Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2.    Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi.
3.    Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.    Para siswa harus memberikan tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok.
5.    Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.    Para siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.    Para siswa akan diminta pertanggungjawaban individu, tentang materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif.
Dari uraian tentang ciri-ciri dan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif di atas, terdapat hubungan yang sangat erat. Misalnya setiap anggota mempunyai peran sehingga mereka harus punya persepsi bahwa mereka akan “tenggelam atau berenang bersama”, dan pada mereka juga diberikan tugas dan tanggung jawab yang sama dalam kelompok. Begitu pula berdasarkan ciri-ciri setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan teman-teman kelompoknya akan terlihat pada unsur dimana para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi.
Lundgren dalam Trianto (2009) membagi keterampilan kooperatif dalam tiga tingkatan sebagai berikut.
1.    Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: berada dalam kelompok, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, dan mengundang orang lain untuk berbicara.
2.    Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, dan menerima tanggung jawab.
3.    Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: mengelaborasi, memeriksa ketetapan, dan menetapkan tujuan.
Dari uraian di atas, keterampilan kooperatif menjadi suatu hal penting yang harus dimiliki setiap anggota kelompok. Karena dengan adanya keterampilan kooperatif akan membawa siswa pada sikap mau bekerja sama, aktif dan adanya interaksi antar siswa. Dengan demikian diharapkan adanya anggota kelompok yang tidak aktif sebagai kelemahan yang harus dihindari dapat teratasi.
Arends (2008) menjelaskan bahwa terdapat enam tahapan utama model pembelajaran kooperatif, pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran disertai memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tahap ini diikuti dengan penyampaian informasi dengan lisan atau dalam bentuk bacaan. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajarnya. Tahap ini diikut bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas secara berkelompok. Tahap  terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang materi yang telah dipelajari dan memberikan penghargaan. Keenam tahapan tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel. 2.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tahapan
Kegiatan Guru
Tahap-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
1. Guru menyampaikan semua tujuan  pembelajaran dan memotivasi siswa belajar
Tahap-2
Menyajikan informasi
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan atau teks
Tahap-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan efisien
Tahap-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Tahap-5
Evaluasi
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Tahap-6
Memberikan penghargaan
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber: Arends (2008)
Menurut Trianto (2009) membedakan belajar berkelompok dalam beberapa tipe, antara lain: jigsaw, numbered-heads-together (NHT), student-teams-achievement division (STAD), dan teams-games-tournament (TGT), think pair share (TPS). Dalam kajian teori ini hanya diuraikan tentang belajar kooperatif tipe Jigsaw.

No comments:

Post a Comment