Menurut
Novian (2010:4) “hipnoteaching merupakan perpaduan dari kata ‘hypnosis’ yang
berarti mensugesti dan ‘teaching’ yang berarti mengajar”. dan menurut Aris
Setiawan (dalam modul seminarnya ‘hypnoteaching’
di Medan, 27 Maret 2011) mengemukakan “Hypnoteaching adalah sebuah metode
pengajaran yang menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan segesti
siswa untuk terkonsentrasi siswa secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh
guru”
Hypnosis
dalam mengajar bukan menidurkan para siswa ketika mengajar atau membuat para
siswa lupa apa yang sedang terjadi seperti yang terjadi dimasayarakat dalam hal
kejahatan atau seperti acara hiburan di televisi. Tetapi hypnosis dalam hal ini
ialah mengaktifkan pikiran bawah
sadarnya sehingga dapat berkonsentrasi atau memfokuskan pada pemahaman baru
berupa sugesti atau saran masuk ke pikiran bawah sadarnya. Dengan demikian sebuah pemahaman baru akan
tertanam dipikiran siswa dalam jangka panjang. Menurut Andri Hakim (2010:12) hypnosis
merupakan kondisi ketika sesorang mudah menerima saran, informasi dan sugesti
tertentu yang mampu mengubah seseorang dari hal yang kurang baik menjadi hal
yang lebih baik. Kemudian dilanjutkan oleh Novian (2010:4) hypnoteaching adalah
perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran bawah sadar dan pikiran sadar.
Agar
pelajaran cepat di terima oleh otak siswa dibutuhkan sebuah konsentrasi.
Menurut Andri Hakim (2010:16) seseorang siswa yang sedang memperhatikan
seseorang guru mengajar mengalami gangguan konsentrasi disebabkan berbagai
bentuk pikiran masih melayang-layang dibenaknya. Menurut Andri Hakim (2010:76)
untuk mengembalikan siswa-siswa tersbut untuk lebih konsentrasi dengan beberapa
teknik yaitu :
1.
Yelling atau
teriakkan digunakan untuk mengembalikan siswa untuk mengembalikan siswa ke
pelajaran dengan meneriakkan secara bersamaan.
2. Peraturan
Tambahan. Hal ini sangat
penting bagi berjalannya kelas efektif dan teratur. Dalam hypnoteaching,
peraturan tambahan ini sangatlah berbeda dengan peraturan yang lainnya.
Peretururan ini lebih sedikit, menuntut konsentrasi dan keaktifan serta
menyenangkan. Peraturan dalam hipnoteaching memiliki 4 syarat yaitu : (1)
jumlah peraturan sedikit, (2) membuat siswa aktif, (3) membuat siswa gembira,
(4) memberikan reward dan penalty (Hadiah dan sanksi)
3. Jam Emosi. Jam emosi adalah jam untuk
emosi, lebih tepatnya adalah jam untuk emosi. Teknik ini digunakan untuk mengarahkan emosi siswa agar proses belajar lebih terarah dan
menyenangkan. Jam emosi dibagi menjadi 4 bagian: (1) jam tenang, (2) Jam
diskusi, (3) jam lepas dan (4) jam tombol
Selain menggunakan teknik-teknik di
atas agar siswa lebih dapat
berkonsentrasi diaktifkan juga pikiran bawah sadar siswa. Hal ini berkaitan
dengan pikiran siswa. Menurut Adri Hakim (2010:49-50), dalam otak gelombang
pikiran terbagi menjadi empat : (1) pikiran
beta, (2) pikiran alpha, (3) pikiran theta, dan pikiran (delta).
Gambar 2.1. ggelombang
pikiran manusia
Diantara keempat gelombang pikiran ini,
gelombang pikiran alpha yang paling tepat digunakan dalam proses belajar
mengajar. Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus (2011:75-76) menyatakan bahwa alfa
adalah keadaan konsentrasi yang santai dalam keadaan alfa, siswa dapat belajar dengan laju yang lebih
cepat. Untuk mencapai gelombang pikiran alpha harus memasuki pikiran bawah
sadar, hal ini sangat dibutuh teknik hypnosis. Isma Almatin (2010:91)
mengemukakan hypnosis adalah cara atau teknik untuk ke wilayah pikiran. Pikiran
dibagi menjadi dua, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Novian (2010:18-20) mengemukakan :
“Ada beberapa cara agar komunikasi dapat langsung
menuju ke pikiran bawah sadar dalam kondisi beta yaitu :
1.
Pengulangan
Suatu
informasi yang berulang-ulang akan diterima oleh pikiran bawah sadar, disimpan
dan disederhanakan dan menjadi kebiasaan. Dalam tabel di atas terlihat bahwa bagi anak dengan usia 4-7 tahun
diperlukan 2 kali pengulangan agar bisa masuk ke pikiran bawah sadar. Ada 2
bentuk penyimpanan memori pikiran bawah sadar yaitu implicit memori bertugas pengalaman dan konsep, dan berperan penuh
dalam membentuk persepsi. Muscle memory bertugas untuk menyimpan aktivitas seperti
bersepeda, melukis, olah raga dan lain-lain. Ke 2 bentuk inilah yang bervariasi
dalam hal menyimpan suatu informasi dan suatu keahlian.
2.
Memiliki emosional attachment
Informasi dapat masuk langsung ke dalam pikiran
bawah sadar jika ada emosional
attachment, yaitu sentuhan emosional. Bentuk bisa bahagia sedih dan
lain-lain. Dalam Quantum Teaching,
metode yang digunakan adalah membuat anak didik bergerak dan bergembira. Dengan
demikian kedua bentuk penyimpanan memori testimulasi.
3.
Menggunakan bahasa pikiran bawah sadar
Cara yang
ketiga adalah dengan bahasa pikiran bawah sadar, maksudnya adalah bentuk bahasa
yang tidak dapat ditolak oleh pikiran bawah sadar. Bahasa ini tidak berbentuk kalimat, tetapi juga
berbentuk bahasa tubuh.
4.
Melalui figur yang memliki otoritas atau figur tertentu
Seperti yang sudah kita ketahui, figur adalah
idola memiliki kapasitas tertentu. Diantaranya adalah memberikan pengaruh pada
anak. Anak-anak menyukainya figur atau tokoh-tokoh tertentu, figur yang menjadi
idola anak-anak mampu memberikan pengaruh kepada anak tersebut.
5.
Melalui hipnosis
Seseorang di bawa ke level kesadaran tertentu
diberikan sugesti. Sugesti itulah informasi yang dimasukkan ke pikiran bawah
sadar seseorang.”
A. Hypnoteaching sebagai Metode Pengajaran
Pada penjelasan sebelumnya di halaman
empat belas alenia akhir sudah jelas dikatakan oleh Aris Setiawan bahwa
hypnoteaching merupakan sebagai metode pembelajaran. Isma Almatin
(2010:97) juga mengemukakan
“Mengajar adalah
proses mengisi pikiran dengan berbagai informasi atau keilmuan. Informasi
tersbut akan diterima oleh pikiran sadar dan kemudian ditransfer ke pikiran
bawah sadar untuk diolah dan disimpan. Hypnosis merupakan suatu teknik masuk ke
dalam suatu pikiran yang menyebabkan peubahan prilaku, dan tatanan mental
emosional. Inilah alasan mendasar menggunakan hypnosis sebagai suatu metode
pengajaran di dalam menyampaikan pelajaran kepada anak didik.”
Menurut
Uno (2010:65) metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar
atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali
prestasi belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain. Hal
senada diutarakan oleh Abdul Hamid (2009:53) Metode pembelajaran adalah
cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dalam
kondisi yang berbeda. Hipnoteacing sendiri memiliki langkah-langkah agar sebuah
informasi atau pengalaman baru dapat diserap oleh siswa. Secara garis besar menurut
Aris Setiawan, hipnoteaching memiliki enam langkah langkah-langkah dasar : (1).
Niat dan motivasi dalam diri guru,
(2). Mengaktifkan pikiran bawah sadar, (3). Leading (memimpin), (4). Penggunaan kata-kata positif, (5).
Pemberian pujian, (6). Modeling.
Berangkat
dari buku Accelerated Learning for the 21st
century, karangan Colin Rose dan
Malsom. Andri Hakim (2010:152-154) mengemukakan:
“enam langkah
jitu untuk membuka kunci pikiran utama anda yang singkat dengan ‘M.A.S.T.E.R’
menjelaskan bagaimana rencana sederhana bisa menjadi kunci keberhasilan kepada
seseorang. Setiap siswa, orang tua, dan guru yang mengajar harus memahami
keenam langkah tersebut untuk mempercepat proses pembelajaran.
1. Langkah 1: Maind (menciptakan ketenangan
dalam berpikir). Lingkungan kelas dari guru, ruangan kelas, ruangan di luar
kelas-harus saling sinergi untuk memberi ketenangan kepada pikiran siswa.
2.
Langkah 2: Acquiring the fact (memperoleh fakta). Pada
proses belajar-mengajar, seseorang siswa memerlukan contoh-contoh dan fakta
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, mengapa siswa harus belajar kimia
bisa dijelaskan secara fakta bahwa bahan baku sabun mandi, sampo, dan
semacamnya merupakan merupakan hasil dari reaksi kimia. Begitu juga komposisi
tubuh kita.
3. langkah
3: Search Out The Meaning (Menemukan arti yang sebenarnya), sebaiknya seorang
guru bisa memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan
tujuan dari setiap materi pelajaran. Dengan demikian, pikiran siswa menerima dan memahami maksud dari setiap
materi yang diterangkan dengan cepat.
4. langkah
4: Trigger the Memory (Memicu memori siswa). Seorang guru harus mampu
membangkitkan rasa ingin keingintahuan siswa dengan memberikan penjelasan
detail yang lebih menarik. Pertanyaan
bisa dibuat semenarik mungkin dalam bentuk permainan pertanyaan bersantai.
Secara otomatis, hal itu memicu setiap murid untuk bertanya dan memicu
memorinya untuk me-recall atau
memanggil informasi di memori pikiran siswa.
5.
Langkah 5: Exhibit (Memeragakan). Seseorang guru harus
mampu memberikan contoh secara nyata atau dengan melatih soal-soal yang
membantu siswa untuk memahami dan meneladani materi pelajaran, ingat, dalam
sebuah proses pembelajaran apa yang telah dipelajari. Sebuah ujian atau latihan
soal adalah pencerminan dari keandalan siswa dalam memeragakan apa yang telah
ia pelajari.
6.
Langkah 6: Reflect (merefleksikan apa yang telah
dipelajari). Seseorang guru harus bisa menyimpulkan dan merefleksikan materi
pelajaran yang baru diterangkan, hal ini memudahkan siswa untuk mengingat dan
memahami materi pelajaran yang baru diperoleh. Seorang guru harus bisa
memperhatikan refleksi dari siswa ketika siswa belum memahami apa yang telah
diterangkan oleh guru.”
No comments:
Post a Comment