Komunikasi secara
umum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan pesan yang
berlangsung dalam suatu komunitas dan kontes budaya. Menurut Abdullhak (dalam
Ansari, 2009), komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan
tertentu.
Dalam ilmu
komunikasi dikenal tiga bentuk komunikasi yaitu komuniksi linear yang sering
disebut juga dengan komunikasi satu arah (one-way communication), komunikasi
relational dan interaktif yang disebut dengan “Model Cybernetics” dan
komunikasi konvergen yang bercirikan multi arah. Terdapat perbedaan konsep
antara ketiga bentuk komunikasi tersebut. Komunikasi linier mengandung arti bahwa
hubungan yang terjadi hanya satu arah, karena penerima pesan hanya mendengar
pesan dari pemberi pesan. Sementara itu pada komunikasi relasional terjadi
interaksi antara pemberi dan penerima pesan, namun sangat bergantung
pengalaman. Pengalaman akan menentukan, apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh
penerima sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pemberi pesan. Apabila pengalaman
pemahaman penerima pesan tidak mampu menjangkau isi pesan, maka akan
mempengaruhi hasil pesan yang diinginkan. Komunikasi konvergen adalah
komunikasi yang berlangsung secara multi arah, diantara penerima menuju suatu
fokus atau minat yang dipahami bersama yang berlangsung secara dinamis dan
berkembang kearah pemahaman kolektif dan berkesinambungan, Abdullhak (dalam
Ansari, 2009).
Selanjutnya
Abdullhak (dalam Ansari, 2009) mengemukakan bahwa, komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditujukan
untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran. Perbedaannya dengan
bentuk komunikasi sebelumnya adalah pada komunikasi relasional, apabila siswa
mendapat kesulitan belajar, maka itu dikembalikan kepada guru. Tetapi pada
pembelajaran yang memanfaatkan komunikasi konvergen, jika ada kesulitan atau
masalah maka permasalahan dipecahkan secara bersama-sama di lingkungan peserta
belajar, sehingga melahirkan saling pengertian.
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika
dan pendidikan matematika, komunikasi merupakan cara berbagi ide dan
memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki,
didiskusikan, dan dikembangkan. Maka komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan menyampaikan pesan yang
berlangsung dalam suatu komunitas. Hal ini merupakan cara untuk sharing gagasan dan mengklarifikasikan
pemahaman. Proses komunikasi membantu membangun makna dan kelengkapan gagasan.
Ketika seorang siswa ditantang untuk meminta berargumentasi serta
mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan ataupun
tulisan maka pada saat itu mereka belajar untuk menjelaskan dan meyakinkan
orang lain serta mendengarkan gagasan atau penjelasan orang lain.
Setiap orang yang berkepentingan dengan matematika akan memerlukan
komunikasi dalam perbendaharaan informasi yang lebih banyak. NCTM (2000)
menyatakan bahwa komunikasi merupakan bagian yang esensial dari matematika dan
pendidikan matematika. Tanpa komunikasi yang baik, maka perkembangan matematika
akan terhambat. Fakta ini menjadi tantangan bagi masyarakat pendidikan
matematika dalam usaha mereka untuk mengkomunikasikan apa yang sudah mereka
evaluasi, percaya, dan mengenal siswa sedemikian hingga para siswa menjadi
terdidik secara metematik. Komunikasi menjadi sesuatu yang utama dalam
mengajar, menilai, dan dalam pembelajaran matematika.
Komunikasi
dalam matematika berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.
Baroody (dalam Ansari, 2009) menyebutkan:
“Sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi
dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics
as language, artinya matematika bukan hanya sekedar alat bantu berfikir,
alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan
tetapi matematika juga merupakan alat yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat dan jelas. Kedua, mathematics learning as
social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran
matematika, matematika juga merupakan wahana interaksi antar siswa dan juga
komunikasi antara guru dan siswa.”
Standar evaluasi untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis
siswa (Ansari, 2009) yaitu:
“(1) menyatakan ide matematik dengan berbicara, menulis,
demonstrasi dan menggambarkannya dalam bentuk visual, (2) memahami,
menginterpretasi dan menilai ide matematik yang disajikan dalam tulisan, lisan
atau bentuk visual, (3) menggunakan kosa kata/ bahasa, notasi dan struktur
matematika untuk menyatakan ide, menggambarkan hubungan dan pembuatan model”.
Berdasarkan
standart evaluasi tersebut kemampuan komunikasi matematik dapat terjadi ketika
siswa belajar dalam kelompok, menjelaskan suatu algoritma untuk memecahkan
suatu persamaan, mengkonstruksi dan menjelaskan suatu representasi grafik
terhadap fenomena dunia nyata atau ketika siswa memberikan suatu konjektur
tentang gambar – gambar geometri (Ansari, 2009).
Greenes dan Schulman (dalam Ansari,
2009) menyatakan juga bahwa: “kemampuan komunikasi matematik siswa dapat terjadi ketika
siswa:
1.
menyatakan ide
matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi dan melukiskannya secara visual
dalam tipe yang berbeda
2.
memahami,
menafsirkan dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam
bentuk visual
3.
mengkonstruk,
menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representase ide dan hubungannya.”
Oleh karena itu,
penekanan pengajaran matematika pada kemampuan komunikasi menurut NCTM (dalam Ansari, 2009) bermanfaat dalam hal :
- Guru dapat menginventarisasi dan konsulidasi pemikiran matematik siswa melalui komunikasi.
- Siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan jelas pada teman, guru dan lainnya.
- Guru dapat menganalisis dan menilai pemikiran matematik siswa serta strategi yang digunakan.
4.
Siswa
dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematik dengan
tepat.
Komunikasi
dalam matematik terdiri dari komunikasi dalam bentuk lisan (talking) dan
komunikasi tulisan (writing). Talking, seperti membaca (reading), mendengarkan
(listening), diskusi (discussing), menjelaskan (explaining), dan sharing,
sedangkan Writing, seperti mengungkapkan ide matematika dalam fenomena dunia
nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan aljabar ataupun dengan bahasa
sehari-hari (written words). Merujuk
pada pengertian komunikasi matematik seperti di atas maka secara garis besar
komunikasi matematik lisan dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling
interaksi (dialog) yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau kelompok
kecil dan terjadi pengalihan pesan berisi materi matematik yang sedang
dipelajari baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri.
Sedangkan komunikasi matematik secara tulisan adalah kemampuan atau
keterampilan siswa dalam menggunakan kosa katanya, notasi dan struktur baik
dalam bentuk penalaran, koneksi maupun pemecahan masalah.
Mengungkap kemampuan komunikasi matematik menurut Cai,
Lane dan Jakabcsin (dalam Ansari, 2003) dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti diskusi dan pengerjaan berbagai bentuk soal, baik pilihan berganda
maupun uraian. Dalam hal ini ada sejumlah bentuk soal yang dapat digunakan
antara lain soal bentuk eksploratif, bentuk transfer elaboratif, bentuk
aplikatif dan bentuk estimasi.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kemampuan
komunikasi matematik antara lain: pengetahuan prasyarat (prior knowledge),
kemampuan membaca, diskusi dan menulis serta pemahaman matematik (mathematical
knowledge).(Ansari, 2009)
Adapun kemampuan yang
tergolong dalam komunikasi matematik diantaranya adalah:
a.
Menyatakan suatu situasi, gambar,
diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika
b.
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi
matematika secara lisan atau tulisan
c.
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis
tentang matematika
d.
Membaca dengan pemahaman suatu
representasi matematika tertulis
e.
Membuat konjektur, merumuskan definisi,
dan generalisasi
f.
Mengungkapkan kembali suatu uraian atau
paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
Baroody
(dalam Ansari, 2009) menyebutkan lima aspek komunikasi yaitu:
- Representasi adalah (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide. (2) translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata–kata (NCTM, 1988). Representase dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan anak mendapat strategi pemecahan.
- Reading adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang telah disusun. Guru perlu menyuruh siswa secara aktif untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan dibangun atau dikonstruksi secara aktif oleh siswa sendiri. Pengetahuan yang terdapat dalam buku teks atau modul tidak dapat dipindahkan kepada siswa, melainkan mereka bangun sendiri melalui membaca.
- Listening merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Pirie (1996) menyebutkan komunikasi me
- \\merlukan pendengar dan pembicara. Baroody (1993) mengatakan mendengar secara hati – hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif.
- Discussing merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Siswa mampu dalam diskusi apabila mempunyai kemampuan membaca, mendengar dan keberanian memadai. Baroody menguraikan beberapa kelebihan dari diskusi kelompok, yaitu antara lain: (1) dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, (2) membantu siswa mengkonstruksi pemahaman matematik, (3) membantu siswa memecahkan masalah secara bijaksana.
5. Writing adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan
merefleksikan pikiran (Manzo, 1995) mengungkapkan menulis dapat meningkatkan
taraf berfikir siswa ke arah yang lebih tinggi (higher-order-thinking).
(Baroody, 1993) menyatakan ada beberapa kegunaan dan keuntungan dari
menulis:(1) Summaries, yaitu siswa disuruh merangkum dalam bahasa mereka
sendiri.(2) Questions, yaitu siswa disuruh membuat pertanyaan sendiri dalam
tulisan. Kegiatan ini berguna membantu siswa merefleksikan pada fokus yang
tidak mereka pahami.(3) Explanation, yaitu siswa disuruh menjelaskan prosedur
penyelesaian dan bagaimana menghindari kesalahan.(4) Definition, yaitu mereka
disuruh menjelaskan istilah – istilah yang muncul dengan bahasa mereka sendiri.
Kegiatan ini dapat membantu siswa berfikir tentang makna istilah dan
menjelaskan pemahaman mereka terhadap istilah.(5) Reports, yaitu siswa disuruh
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok untuk menulis laporan.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi mencakup dua hal, yakni kemampuan siswa menggunakan
matematika sebagai alat komunikasi, dan kemampuan mengkomunikasikan matematika
yang dipelajari. Dalam penelitian ini, digunakan kemampuan komunikasi yang
mencakup kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan matematik yang dipelajari.
Dalam hal ini aspek yang diukur adalah aspek representasi, dan aspek menulis,
dimana dalam aspek representasi dititikberatkan pada kemampuan siswa
mentranslasikan suatu masalah atau ide, sedangkan dalam aspek menulis
dititikberatkan pada hal explanation,
yaitu siswa disuruh menjelaskan prosedur
penyelesaian atau bagaimana cara menghindari kesalahan. Karena
itu kemampuan komunikasi matematik mencakup beberapa hal, yaitu kemampuan
menulis, kemampuan membaca, diskusi dan menilai, serta wacana (discourse). Secara umum, matematika
dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan/kemampuan menulis,
membaca, discussing and assessing, dan wacana (discourse).
Dapat dipahami
bahwa komunikasi matematik adalah tingkat kemampuan dalam diri siswa berupa
penguasaan konsep-konsep matematika, pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang diwujudkan dalam bentuk skor tes
kemampuan komunikasi matematika setelah proses belajar berakhir. Dalam
penelitian ini kemampuan komunikasi yang diperoleh siswa dibatasi pada aspek
representasi dan menulis yang mana dalam pemberian tes, indikator yang
diperhatikan adalah siswa dapat menjelaskan prosedur penyelesaian atau bagaimana
cara menghindari kesalahan. Indikator kemampuan komunikasi
matematik yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk
dapat menyatakan suatu situasi dengan gambar dan model matematika serta
menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tertulis. Meskipun para
ahli memberikan pengertian tentang komunikasi agak berbeda secara redaksional,
tetapi pada prinsipnya semua pendapat sejalan yaitu mengarah pada berpikir
reflektif dalam memutuskan suatu keputusan atau pemecahan masalah. Jadi jelaslah bahwa
komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki
pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar, dan meng-assess matematika.
Para
ahli berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika, kita hanya akan
sedikit memiliki keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Pendapat ini menyiratkan makna bahwa
dengan komunikasi matematis, guru tertolong untuk dapat lebih memahami
kemampuan siswa pada saat menginterpretasi dan mengungkapkan pemahamannya
tentang ide matematika yang sedang atau telah mereka pelajari selama proses
pembelajaran. Sedangkan untuk terciptanya situasi pembelajaran yang lebih
memberikan suasana kondusif
yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam komunikasi matematis, siswa
sebaiknya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran
dalam kelompok-kelompok kecil ini memungkinkan timbulnya komunikasi dan
interaksi yang lebih berkualitas antar siswa.
No comments:
Post a Comment