Seiring
dengan penggunaan pembelajaran open ended sejak tahun 70-an, soal-soal open
ended banyak dikembangkan oleh guru-guru di Jepang. Soal-soal tersebut
banyak dipakai dalam pembelajaran matematika SD sampai SMA. Soal open ended didefinisikan
sebagai soal yang memiliki beberapa jawaban benar atau memiliki beberapa cara
untuk memecahkan masalah dengan benar. Soal-soal open ended sering
dipakai sebagai soal asesmen karena dalam menjawab soal seperti itu setiap
siswa tidak hanya diminta menunjukkan pekerjaannya tetapi juga harus
menjelaskan bagaimana dia memperoleh jawabannya dan mengapa memilih metoda yang
dipakainya.
Suherman,
dkk (2003:130) mengkreasi masalah open ended tersebut diantaranya:
sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep
matematika dapat diubah sedemikian dapat diamati dan dikaji siswa, soal-soal
pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan
dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu, sajikan bentuk-bentuk atau
bangun-bangun geometri sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur, sajikan
urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika,
berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa
mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang
umum, dan berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi
dari pekerjaannya. Sedangkan dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam
tiga tipe, yakni: (1) prosesnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak
cara penyelesaian yang benar, (2) hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu
memiliki banyak jawaban yang benar, dan (3) cara pengembangan lanjutannya
terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat
mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah kondisi masalah
sebelumnya.
Lebih
lanjut Shimada (Mahmudi, 2008:2-14) mengemukakan bahwa aspek keterbukaan dalam
soal terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu: Tipe 1 : Terbuka
proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara penyelesaiaan.
Tipe 2 : Terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawab yang
benar. Tipe 3 : Terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah
menyelesaikan sesuatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan
mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan.
Penggunaan
soal terbuka juga dapat memicu tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif. Menurut
Becker dan Shimada (Mahmudi, 2008:2-15), penggunaan soal terbuka dapat
menstimulasi berpikir kreatif, kemampuan berpikir original, dan inovasi dalam
matematika. Sedangkan menurut Nohda (Mahmudi, 2008:2-15), salah satu tujuan
pemberian soal terbuka dalam pembelajaran matematika adalah untuk mendorong
aktivitas kreatif siswa dalam memecahkan masalah.
Pertanyaan-pertanyaan
dari jenis ini memerlukan siswa untuk mengenali karakteristik-karakteristik
dari konsep dasar. Siswa harus mengambil apa yang mereka pahami tentang suatu
konsep dan menerapkannya untuk menciptakan suatu contoh. (Di setiap
contoh-contoh yang diberikan, siswa diminta untuk menciptakan sejumlah atau
beberapa jenis dari objek matematika yang memenuhi kriteria tertentu).
Jenis
masalah yang digunakan dalam pembelajaran open ended adalah masalah yang
tidak rutin dan bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaannya (openness)
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yakni : process is open, end
products are open, dan ways to develop are open. Proses terbuka
maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian
yang benar. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya adalah tipe soal yang diberikan
mempunyai jawaban yang banyak (multiple). Sedangkan maksud cara
pengembangan lanjutannnya terbuka adalah ketika siswa telah selesai
menyelesaikan awal mereka dapat menyelesaikan masalah baru dengan mengubah
kondisi dari masalah yang pertama (asli). Dengan demikian pembelajaran ini
selain membuat siswa dapat menyelesaikan masalah tetapi juga dapat
mengembangkan masalah baru.
Mengkonstruksi Masalah Open
Ended
Menurut
Suherman, dkk (2003:129-130) mengkonstruksi dan mengembangkan masalah open
ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam
tidaklah mudah. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang
dalam jangka waktu yang cukup panjang, ditemukan beberapa hal yang dapat
dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara lain sebagai berikut:
1.
Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik
yang nyata di mana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2.
Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari
variabel dalam persoalan itu.
3.
Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun
(geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.
4.
Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga
siswa dapat menemukan aturan matematika.
5.
Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa
kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk
menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6.
Memberikan beberapa latihan serupa sehingga
siswa dapat menggeneralisasai dari pekerjaannya.
Pak.. blh kah saya tahu judul n penerbit buku yg pengarangnya mahmudi it. Trmksh ya..
ReplyDelete