Pada
umumnya orang beranggapan bahwa matematika dan berpikir kreatif tidak ada
kaitannya satu sama lain. Padahal jika kita melihat seorang matematikawan yang
menghasilkan formula baru dalam bidang matematika maka tidak dapat diabaikan
potensi kreatifnya. Kreatif bukanlah sebuah ciri yang hanya ditemukan pada
seorang seniman atau ilmuan, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari.
Krulik
dan Rudnik (Saefudin, 2012:40) menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan
salah satu tingkat tertinggi seseorang dalam berpikir, yaitu dimulai ingatan (recall),
berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking),
dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir yang tingkatnya di
atas ingatan (recall) dinamakan penalaran (reasoning). Sementara
berpikir yang tingkatnya di atas berpikir dasar dinamakan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking).
Krutetskii mengutip
gagasan Shaw dan Simon (Siswono, 2007:3) memberikan indikasi berpikir kreatif
matematis, yaitu : (1) produk aktivits mental mempunyai sifat kebaruan dan
bernilai baik secar subjektif, maupun objektif; (2) proses berpikir juga baru,
yaitu memerlukan suatu transformasi
ide-ide yang diterima sebelum maupun penolakannya; (3) proses berpikir
dikarakteristikkan oleh adanya motivasi yang kuat dan kestabilan, yang teramati
pada periode waktu yang lama atau dengan intensitas yang tinggi. Pendapat ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dari segi produk
didsarkan pada kebaruan dan nilai produknya. Selain itu, dari segi proses
ditunjukkan dengan kebaruan transformasi ide-ide dan adanya motivasi yang kuat.
De Bono (Barak dan Doppelt, 2000:21) mendefinisikan 4
tingkat pencapaian dari perkembangan keterampilan berpikir kreatif, yaitu
kesadaran berpikir, observasi berpikir, strategi berpikir dan refleksi
pemikiran.
Tabel.
Tingkat Berpikir Kreatif dari De
Bono
Level 1 : Awareness of Thinking
General awareness of thinking as a
skill. Willingness to think about something. Willingness to investigate a
particular subject. Willingness to listen to others.
|
Level 2 : Observation of
Thinking
Observation of the implications of
action and choice, consideration of
peers’points view, comparison of
alternative.
|
Level 3 : Thinking
Strategy
Intentional use of a number of
thinking tools, organization of thinking as a
sequence of steps. Reinforcing the
sense of purpose in thinking.
|
Level 4 : Reflection on
Thinking
Structured use of tools, clear
awareness of reflective thinking, assesment of
thinking by thinker himself.
Planning thinking tasks and methods to perform
them.
|
Pada
tingkat 1 merupakan tingkat berpikir kreatif yang rendah, karena hanya
mengekspresikan terutama kesadaran siswa terhadap keperluan menyelesaikan
tugasnya saja. Sedang tingkat 2 menunjukkan berpikir kreatif yang lebih tinggi
karena siswa harus menunjukkan bagaimana
mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen-komponen khusus atau
algoritma-algoritma pemrograman. Tingkat 3 merupakan tingkat yang lebih tinggi
berikutnya karena siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan
antara bermacam-macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus memutuskan
bagaimana tingkat detail yang diinginkan dan bagaimana menyajikan urutan
tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan. Tingkat 4 merupakan
tingkat tertinggi karena siswa harus menguji sifat-sifat produk final
membandingkan dengan sekumpulan tujuan. Menjelaskan simpulan terhadap
keberhasilan atau kesulitan selama proses pengembangan, dan memberi saran untuk
meningkatkan perencanaan dan proses konstruksi. Tingkat berpikir kreatif ini
menggambarkan secara umum strategi berpikir tidak hanya dalam matematika. Barak
dan Doppelt mengembangkan kriteria tingkat berpikir berdasar ide ini untuk
tugas portofolio siswa. Dalam tingkat ini tidak memperlihatkan aspek kebaruan,
fleksibilitas maupun kefasihan (fluency) dari produk berpikir kreatif
individu sehingga sulit untuk mengidentifikasinya dalam proses pembelajaran
matematika. Dalam matematika yang mempunyai objek abstrak, untuk menentukan
kriteria tingkat berpikir kreatif perlu ditunjukkan komponen berpikir kreatif
(kebaruan, fleksibilitas, kefasihan) agar aspek divergensi dalam langkah
penyelesaian masalah atau selesaiannya diketahui.
Dapat
disimpulkan, berpikir kreatif dalam matematika adalah proses berpikir secara
kognitif, yaitu divergen dan konvergen, keluwesan, kefasihan guna mengonstruk
pengetahuannya menghasilkan sesuatu yang baru sebagai solusi dari suatu
pemecahan masalah.
Kreativitas
sebagai produk dari kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilihat saat proses
siswa memecahkan masalah. Masalah yang diajukan hendaklah masalah terbuka (open
ended). Jenis masalah yang digunakan adalah masalah tidak rutin dan
bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaannya (openness) dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yakni: process is open, end products
are open, dan ways to develop are open. Proses terbuka maksudnya
adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar.
Hasil akhir yang terbuka, maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai
jawaban yang banyak (multiple). Sedangkan maksud cara pengembangan
lanjutannya terbuka adalah ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalah
awal mereka dapat menyelesaikan masalah baru dengan mengubah kondisi dari
masalah yang pertama (asli). Dengan demikian pembelajaran ini selain membuat
siswa dapat menyelesaikan masalah tetapi juga dapat mengembangkan masalah baru
(from problem to problem).
No comments:
Post a Comment