Pages

Wednesday, January 6, 2016

Berpikir Kreatif dalam Pendidikan Matematika




Pada umumnya orang beranggapan bahwa matematika dan berpikir kreatif tidak ada kaitannya satu sama lain. Padahal jika kita melihat seorang matematikawan yang menghasilkan formula baru dalam bidang matematika maka tidak dapat diabaikan potensi kreatifnya. Kreatif bukanlah sebuah ciri yang hanya ditemukan pada seorang seniman atau ilmuan, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Krulik dan Rudnik (Saefudin, 2012:40) menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan salah satu tingkat tertinggi seseorang dalam berpikir, yaitu dimulai ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir yang tingkatnya di atas ingatan (recall) dinamakan penalaran (reasoning). Sementara berpikir yang tingkatnya di atas berpikir dasar dinamakan berpikir tingkat tinggi (high order thinking).

Krutetskii mengutip gagasan Shaw dan Simon (Siswono, 2007:3) memberikan indikasi berpikir kreatif matematis, yaitu : (1) produk aktivits mental mempunyai sifat kebaruan dan bernilai baik secar subjektif, maupun objektif; (2) proses berpikir juga baru, yaitu memerlukan suatu transformasi ide-ide yang diterima sebelum maupun penolakannya; (3) proses berpikir dikarakteristikkan oleh adanya motivasi yang kuat dan kestabilan, yang teramati pada periode waktu yang lama atau dengan intensitas yang tinggi. Pendapat ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dari segi produk didsarkan pada kebaruan dan nilai produknya. Selain itu, dari segi proses ditunjukkan dengan kebaruan transformasi ide-ide dan adanya motivasi yang kuat.
De Bono (Barak dan Doppelt, 2000:21) mendefinisikan 4 tingkat pencapaian dari perkembangan keterampilan berpikir kreatif, yaitu kesadaran berpikir, observasi berpikir, strategi berpikir dan refleksi pemikiran.
Tabel. Tingkat Berpikir Kreatif dari De


Bono Level 1 : Awareness of Thinking
General awareness of thinking as a skill. Willingness to think about something. Willingness to investigate a particular subject. Willingness to listen to others.
Level 2 : Observation of Thinking
Observation of the implications of action and choice, consideration of
peers’points view, comparison of alternative.
Level 3 : Thinking Strategy
Intentional use of a number of thinking tools, organization of thinking as a
sequence of steps. Reinforcing the sense of purpose in thinking.
Level 4 : Reflection on Thinking
Structured use of tools, clear awareness of reflective thinking, assesment of
thinking by thinker himself. Planning thinking tasks and methods to perform
them.

Pada tingkat 1 merupakan tingkat berpikir kreatif yang rendah, karena hanya mengekspresikan terutama kesadaran siswa terhadap keperluan menyelesaikan tugasnya saja. Sedang tingkat 2 menunjukkan berpikir kreatif yang lebih tinggi karena siswa harus menunjukkan bagaimana mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen-komponen khusus atau algoritma-algoritma pemrograman. Tingkat 3 merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya karena siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan antara bermacam-macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus memutuskan bagaimana tingkat detail yang diinginkan dan bagaimana menyajikan urutan tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan. Tingkat 4 merupakan tingkat tertinggi karena siswa harus menguji sifat-sifat produk final membandingkan dengan sekumpulan tujuan. Menjelaskan simpulan terhadap keberhasilan atau kesulitan selama proses pengembangan, dan memberi saran untuk meningkatkan perencanaan dan proses konstruksi. Tingkat berpikir kreatif ini menggambarkan secara umum strategi berpikir tidak hanya dalam matematika. Barak dan Doppelt mengembangkan kriteria tingkat berpikir berdasar ide ini untuk tugas portofolio siswa. Dalam tingkat ini tidak memperlihatkan aspek kebaruan, fleksibilitas maupun kefasihan (fluency) dari produk berpikir kreatif individu sehingga sulit untuk mengidentifikasinya dalam proses pembelajaran matematika. Dalam matematika yang mempunyai objek abstrak, untuk menentukan kriteria tingkat berpikir kreatif perlu ditunjukkan komponen berpikir kreatif (kebaruan, fleksibilitas, kefasihan) agar aspek divergensi dalam langkah penyelesaian masalah atau selesaiannya diketahui.
Dapat disimpulkan, berpikir kreatif dalam matematika adalah proses berpikir secara kognitif, yaitu divergen dan konvergen, keluwesan, kefasihan guna mengonstruk pengetahuannya menghasilkan sesuatu yang baru sebagai solusi dari suatu pemecahan masalah.
Kreativitas sebagai produk dari kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilihat saat proses siswa memecahkan masalah. Masalah yang diajukan hendaklah masalah terbuka (open ended). Jenis masalah yang digunakan adalah masalah tidak rutin dan bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaannya (openness) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yakni: process is open, end products are open, dan ways to develop are open. Proses terbuka maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban yang banyak (multiple). Sedangkan maksud cara pengembangan lanjutannya terbuka adalah ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalah awal mereka dapat menyelesaikan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama (asli). Dengan demikian pembelajaran ini selain membuat siswa dapat menyelesaikan masalah tetapi juga dapat mengembangkan masalah baru (from problem to problem).

No comments:

Post a Comment