Pages

Monday, January 4, 2016

KONEKSI MATEMATIKA



            Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain, baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.
            Bruner (Ruseffendi, 1988:152) menyatakan,”dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain. Begitupula dengan yang lainnya, misalnya antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dengan topik, antara cabang matematika (aljabar dan geometri).” Oleh karena itu agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika, maka siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat keterkaitan-keterkaitan itu.  Selanjutnya Suherman, dkk (200:65) menyatakan,
             Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral. Artinya dalam setiap   memperkenalkan suatu konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan sekaligus untuk mengingatkannya kembali.

Jadi koneksi memang perlu untuk dilakukan dalam pengembangan dan perbaikan proses pembelajaran matematika.
            Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (1989:146) yaitu modeling connections dan mathematical connections. Modeling connections merupakan hubungan antara situasi masalah yang muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematiknya, sedangkan mathematical connections adalah hubungan antara dua representasi yang ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi.   
            Tujuan koneksi matematika, khususnya untuk siswa kelas lima sampai delapan yang dikemukan NCTM (1989:84) adalah sebagai berikut,
          Kurikulum matematika untuk kelas 5-8 hendaknya memuat investigasi tentang koneksi matematika sehingga siswa dapat memandang matematika sebagai suatu kesatuan yang utuh menyeluruh, mengeksplorasi masalah dan menggambarkan hasilnya menggunakan grafik, numerik, fisik, secara aljabar, dan matematik verbal atau representasi, menggunakan ide matematika untuk meningkatkan pemahamannya terhadap ide matematika lain, menerapkan pemikiran dan pemodelan matematik untuk memecahkan masalah yang muncul pada disiplin lain, seperti seni, musik, psikologi, sains, dan bisnis, menghargai peran matematika dalam budaya dan masyarakat kita.

Maksud dari standar ini adalah untuk membantu siswa memperluas cara pandang mereka, untuk melihat matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, bukan hanya sebagai kumpulan topik-topik yang terpisah, dan untuk memperkenalkan hubungan dan kegunaan, baik di dalam maupun di luar kelas. Selanjutnya NCTM (2003) menambahkan, standar koneksi untuk tingkat satu sampai tujuh adalah penekanan pengajaran matematika pada kemampuan siswa dalam hal:
a)      Menghargai dan menggunakan koneksi di antaranya ide-ide matematika.
b)      Menghargai dan mengaplikasikan matematik di dalam konteks di luar matematik.
c)      Mengambarkan bagaimana ide-ide matematik saling berhubungan dan membangun di antara satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu susunan logis secara menyeluruh.
            Siswa hendaknya memiliki kesempatan untuk mengamati keterkaitan matematika dengan mata pelajaran lain dan kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhinya, guru matematika harus melibatkan guru mata pelajaran lain untuk berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi ide-ide/konsep matematik melalui permasalahan yang muncul dalam pelajaran yang diberikan kepada siswa. Menyatukan matematika kedalam konteks yang memberikan makna praktis lambang-lambang dan proses-proses adalah sebuah tujuan utama dari keseluruhan standar. Hal ini memungkinkan siswa untuk memandang bagaimana sebuah konsep matematika dapat membantunya memahami yang lain, dan menggambarkan kegunaan matematika dalam pemecahan masalah, penggambaran dan pemodelan fenomena dunia nyata, dan mengkomunikasikan pemikiran kompleks serta informasi dalam sebuah cara yang cepat dan tepat.
            Representasi pemikiran yang berbeda dari suatu permasalahan yang dikemukakan, merupakan sudut pandang siswa yang sesuai dengan interpretasi siswa terhadap masalah dan penyelesaiannya. Bila siswa menjadi lebih memahami secara matematis, maka mereka akan lebih fleksibel untuk mendekati situasi dalam berbagai cara dan mampu mengenal cara pandang yang berbeda. Kemampuan koneksi matematik dan komunikasi matematik memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana dengan kemampuan komunikasi yang baik, tentunya akan sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematiknya, demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya, berkaitan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran matematika yang berdaya guna meningkatkan kemampuan koneksi matematik, maka salah satu pendekatan pembelajaran yang dipandang dan diyakini mampu mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.
            Untuk mengevaluasi kemampuan koneksi matematik siswa, digunakan sebuah panduan penskoran yang disebut holistic scale dari North Carolina Department of Public Instruction tahun 1994 (Ratnaningsih, 2003) seperti tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Pedoman Pemberian Skor Soal Koneksi Matematik

Respon Siswa terhadap Soal
Skor
Tidak ada jawaban/menjawab tidak sesuai dengan pertanyaaan/tidak ada yang benar.
0
Hanya sebagian aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar.
1
Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar.
2
Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/jelas dan benar.
3

No comments:

Post a Comment