Koneksi dengan kata lain dapat diartikan
sebagai keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematika dapat diartikan sebagai
keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan
dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu
matematika dengan bidang lain, baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan
sehari-hari.
Bruner (Ruseffendi, 1988:152)
menyatakan,”dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain.
Begitupula dengan yang lainnya, misalnya antara dalil dan dalil, antara teori
dan teori, antara topik dengan topik, antara cabang matematika (aljabar dan
geometri).” Oleh karena itu agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika,
maka siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat
keterkaitan-keterkaitan itu. Selanjutnya
Suherman, dkk (200:65) menyatakan,
Pembelajaran matematika mengikuti
metoda spiral. Artinya dalam setiap
memperkenalkan suatu konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan
konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru
selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan sekaligus untuk
mengingatkannya kembali.
Jadi koneksi memang perlu untuk dilakukan dalam
pengembangan dan perbaikan proses pembelajaran matematika.
Ada
dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (1989:146) yaitu modeling connections dan mathematical connections. Modeling connections merupakan hubungan
antara situasi masalah yang muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin
ilmu lain dengan representasi matematiknya, sedangkan mathematical connections adalah hubungan antara dua representasi
yang ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi.
Tujuan koneksi matematika, khususnya untuk
siswa kelas lima sampai delapan yang dikemukan NCTM (1989:84) adalah sebagai
berikut,
Kurikulum matematika untuk kelas 5-8
hendaknya memuat investigasi tentang koneksi matematika sehingga siswa dapat
memandang matematika sebagai suatu kesatuan yang utuh menyeluruh,
mengeksplorasi masalah dan menggambarkan hasilnya menggunakan grafik, numerik,
fisik, secara aljabar, dan matematik verbal atau representasi, menggunakan ide
matematika untuk meningkatkan pemahamannya terhadap ide matematika lain, menerapkan
pemikiran dan pemodelan matematik untuk memecahkan masalah yang muncul pada
disiplin lain, seperti seni, musik, psikologi, sains, dan bisnis, menghargai peran matematika dalam budaya dan
masyarakat kita.
Maksud dari standar ini adalah untuk membantu
siswa memperluas cara pandang mereka, untuk melihat matematika sebagai suatu
kesatuan yang menyeluruh, bukan hanya sebagai kumpulan topik-topik yang
terpisah, dan untuk memperkenalkan hubungan dan kegunaan, baik di dalam maupun
di luar kelas. Selanjutnya NCTM (2003) menambahkan, standar koneksi untuk
tingkat satu sampai tujuh adalah penekanan pengajaran matematika pada kemampuan
siswa dalam hal:
a) Menghargai dan menggunakan koneksi di
antaranya ide-ide matematika.
b) Menghargai dan mengaplikasikan matematik
di dalam konteks di luar matematik.
c) Mengambarkan bagaimana ide-ide matematik
saling berhubungan dan membangun di antara satu dengan yang lainnya untuk
menghasilkan suatu susunan logis secara menyeluruh.
Siswa hendaknya memiliki kesempatan
untuk mengamati keterkaitan matematika dengan mata pelajaran lain dan kehidupan
sehari-hari. Untuk memenuhinya, guru matematika harus melibatkan guru mata
pelajaran lain untuk berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi ide-ide/konsep
matematik melalui permasalahan yang muncul dalam pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Menyatukan matematika kedalam konteks yang memberikan makna
praktis lambang-lambang dan proses-proses adalah sebuah tujuan utama dari
keseluruhan standar. Hal ini memungkinkan siswa untuk memandang bagaimana
sebuah konsep matematika dapat membantunya memahami yang lain, dan
menggambarkan kegunaan matematika dalam pemecahan masalah, penggambaran dan
pemodelan fenomena dunia nyata, dan mengkomunikasikan pemikiran kompleks serta
informasi dalam sebuah cara yang cepat dan tepat.
Representasi pemikiran yang berbeda dari
suatu permasalahan yang dikemukakan, merupakan sudut pandang siswa yang sesuai
dengan interpretasi siswa terhadap masalah dan penyelesaiannya. Bila siswa
menjadi lebih memahami secara matematis, maka mereka akan lebih fleksibel untuk
mendekati situasi dalam berbagai cara dan mampu mengenal cara pandang yang
berbeda. Kemampuan koneksi matematik dan komunikasi matematik memiliki
keterkaitan yang sangat erat, di mana dengan kemampuan komunikasi yang baik,
tentunya akan sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematiknya, demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya, berkaitan dengan
penggunaan pendekatan pembelajaran matematika yang berdaya guna meningkatkan
kemampuan koneksi matematik, maka salah satu pendekatan pembelajaran yang
dipandang dan diyakini mampu mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan
pembelajaran kontekstual.
Untuk
mengevaluasi kemampuan koneksi matematik siswa, digunakan sebuah panduan
penskoran yang disebut holistic scale
dari North Carolina Department of Public
Instruction tahun 1994 (Ratnaningsih, 2003) seperti tertera pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.3 Pedoman Pemberian
Skor Soal Koneksi Matematik
Respon Siswa terhadap Soal
|
Skor
|
Tidak ada jawaban/menjawab tidak sesuai dengan
pertanyaaan/tidak ada yang benar.
|
0
|
Hanya sebagian aspek dari pertanyaan dijawab
dengan benar.
|
1
|
Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab
dengan benar.
|
2
|
Semua aspek pertanyaan dijawab dengan
lengkap/jelas dan benar.
|
3
|
No comments:
Post a Comment