Konsep-konsep dalam matematika
terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang paling
sederhana ke yang paling kompleks. Dengan kata lain, pemahaman dan penguasaan
suatu materi/konsep merupakan prasyarat untuk dapat menguasai materi/konsep
selanjutnya. Oleh karena itu, dapatlah dimengerti bahwa kemampuan pemahaman
matematis merupakan hal yang sangat fundamental dalam pembelajaran matematika agar
belajar menjadi lebih bermakna.
Pemahaman merupakan terjemahan dari understanding
(Utari-Sumarmo, 1987). Definisi lain dikemukakan oleh Gilbert (Rahman, 2004),
bahwa pemahaman adalah kemampuan menjelaskan suatu situasi dengan kata-kata
yang berbeda dan dapat menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari tabel,
data, grafik, dan sebagainya.
Pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap konsep matematika, menurut NCTM (1989: 223) dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam: (1) mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2)
mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) menggunakan model,
diagram, dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep; (4) mengubah
suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) mengenal berbagai makna dan interpretasi
konsep; (6) mengidentifikasi sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
menentukan suatu konsep; dan (7) membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
Polya
(Utari-Sumarmo, 2005) mengemukakan empat tingkat pemahaman suatu hukum, yaitu
pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman rasional, dan pemahaman
intuitif. Pemahaman mekanikal,
apabila siswa dapat mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung
secara sederhana. Pemahaman induktif, apabila siswa dapat menerapkan rumus atau
konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa. Pemahaman rasional,
apabila siswa dapat membuktikan kebenaran suatu rumus dan teorema. Pemahaman
intuitif, apabila siswa dapat memperkirakan kebenaran dengan pasti sebelum
menganalisis lebih lanjut.
Menurut Skemp (Utari-Sumarmo, 2005),
pemahaman digolongkan menjadi dua jenis, yaitu pemahaman instrumental dan
pemahaman relasional. Pemahaman
intrumental adalah pemahaman atas konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya
dan dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana. Pada pemahaman
relasional, termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada
penyelesaian masalah yang lebih luas dan dapat mengaitkan suatu konsep/prinsip
dengan konsep/prinsip lainnya.
Perbedaan antara pemahaman
instrumental dan relasional dijelaskan dengan contoh berikut:
1.
Selesaikanlah persamaan kuadrat 3x2 +
9x + 2 = 0 dengan menggunakan rumus persamaan kuadrat.
2.
Persamaan:
x2 + (x + 2)m + (x + 1) = 0 mempunyai
akar bilangan real dan sama. Tentukan nilai m dan akar tersebut.
Untuk dapat
menyelesaikan soal nomor 1, siswa cukup memiliki pemahaman instrumental. Hanya
dengan mensubtitusikan nilai a = 3 dan b = 9 ke dalam rumus
persamaan kuadrat, dapat diketahui nilai x yaitu:
. Menurut Copeland (Utari-Sumarmo, 1987: 26), siswa
yang memiliki pemahaman ini baru berada pada taraf knowing how to dan
tidak menyadari proses yang dilakukannya.

Berbeda dengan
soal nomor 2, untuk dapat menyelesaikannya siswa harus memiliki pemahaman
relasional. Siswa harus memahami betul bentuk umum persamaan kuadrat, rumus
persamaan kuadrat, dan Diskriminan (D), kemudian mengaitkan dan menyusun
strategi penyelesaiannya. Oleh karena itu, siswa yang memiliki pemahaman ini
dikatakan telah berada pada taraf knowing, artinya dapat mengerjakan
suatu perhitungan secara sadar dan mengerti proses yang dilakukannya (Copeland,
dalam Utari-Sumarmo, 1987: 26). Contoh cara menyelesaikannya adalah sebagai
berikut: langkah pertama adalah mengubah persamaan x2 + (x + 2)m
+ (x – 1) = 0 menjadi x2 + (m + 1)x
+ (2m – 1) = 0. Mempunyai
akar bilangan real dan sama berarti D = 0, sehingga: D = (m
+ 1)2 – 4(2m – 1) = m2 – 6m + 5 = (m
– 5)(m – 1 ) = 0. Jadi, m = 5 atau m = 1. Langkah
selanjutnya adalah mensubtitusikan nilai m pada persamaan, sehingga
didapat: jika m = 5 maka x =
, dan
jika m = 1 maka x =
.


Kemampuan melihat hubungan
antarkonsep ini berkaitan dengan kemampuan berpikir analisis. Untuk dapat
berpikir analisis, diperlukan pemahaman yang tinggi. Seperti yang tercantum
dalam taksonomi tujuan dari Bloom, bahwa pemahaman merupakan aspek yang
mendasar dan merupakan prasyarat untuk dapat melangkah ke tingkat selanjutnya
yaitu aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi (Ruseffendi, 1991: 222).
Kenyataan bahwa matematika merupakan
mata pelajaran yang kurang disukai siswa (Wahyudin, 1999: 253) sehingga kurang
diminati, menyebabkan lemahnya kemampuan pemahaman siswa. Padahal dalam
kurikulum SMK, pemahaman konsep, prosedur, serta ketrampilan memecahkan masalah
merupakan kompetensi yang harus dicapai siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan
minat siswa SMK terhadap pelajaran matematika adalah dengan mengaplikasikan
konsep/materi dalam matematika untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan
dengan bidang studi kejuruan, dunia kerja, dan kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa mengetahui kegunaan matematika dan menjadi lebih menarik. Sebagaimana
diungkapkan Ruseffendi (1991: 233) bahwa agar siswa berminat terhadap
matematika paling tidak siswa harus melihat kegunaannya.
Berdasarkan uraian tentang pentingnya
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis pada siswa dan untuk menunjang
tercapainya kompetensi dalam Kurikulum SMK 2004, yang dimaksud dengan kemampuan
pemahaman matematis dalam penelitian ini adalah pemahaman instrumental dan
relasional yang mencakup: (i) pemahaman konsep dan rumus; (ii) operasi hitung
(prosedur/algoritma) dan aljabar untuk mengaitkan suatu konsep/rumus dengan
konsep/rumus lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukannya; (iii)
aplikasi konsep; (iv) ketrampilan siswa
dalam menyusun strategi penyelesaian
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete